Dari Ayah

     


Ayahku memang bukan tipe orang yang suka memanjakan anak-anaknya. Tapi aku tau dia sangat perhatian sekali terhadap anak-anaknya. Dia memang jarang memanjakan anak-anaknya dengan membelikan sesuatu, ataupun mengajak kami sebagai anak-anaknya untuk berjalan-jalan. Ya, dia lebih suka mengungkapkan kasih sayangnya langsung dengan tindakan bukan dengan ucapan. 

Kalau dingat-ingat, betapa seringnya Ayah menunjukkan kasih sayangnya secara diam-diam. Dan yang paling berkesan dalam hidupku adalah waktu itu, saat aku masih SMP, aku disuruh Mamak pergi ke warung untuk membeli suatu barang. Karena waktu itu mendung, Mamak menyuruh aku untuk membawa payung. Tapi aku menolaknya karena aku ingin mandi hujan dan berdalih dengan mengatakan bahwa hujan akan turun setelah aku pulang dari warung.

Dan ya, di tengah perjalanan pulang ke rumah, rintik hujan pun turun. Betapa senangnya hatiku. Tapi sayang, kebahagiaan untuk merasakan rintik hujan yang turun itu tak berlangsung lama. Karena tiba-tiba Ayah menjemputku sambil membawa payung. Ah sayangnya. Ya, aku memang kesal karena tidak bisa mandi hujan. Tapi di sisi lain, aku merasa senang. Karena aku bisa melihat sisi lain Ayah yang sangat jarang ditunjukkannya. Ya, bahwa dia ternyata adalah orang yang sangat perhatian.

Pernah juga dulu di saat aku lagi anemia, waktu itu kondisi aku lemas. Enggak kuat bergerak bahkan tidak punya selera nafsu makan. Tapi Ayah, selalu rajin buatin aku susu coklat. Biar ada terisi perutku katanya. Dia tahu kalo aku enggak selera makan. Dan dia tahu kalo aku ini adalah tipe orang yang enggak enakan, enggak mungkin nolak makan kalo ada orang yang bawain makanan tepat di depan aku walaupun aku enggak punya nafsu makan sama sekali.

Ah, kalo diingat-ingat banyak sekali kenangan yang aku lalui bersama Ayah. Bisa dibilang aku lah yang paling menghabiskan waktu bersama Ayah dibanding kedua adikku. Bukan, bukan karena aku anak pertama. Tapi mungkin karena kepribadian kami yang memiliki beberapa kemiripan hingga membuat kami menjadi lebih dekat. Makanya banyak saudara aku yang bilang kalo aku anak kesayangan Ayah.

Ayah memang jarang membelikan anaknya sesuatu atau mengajak kami berlibur ke suatu tempat. Aku memaklumi karena memang keadaannya tidak memungkinkan. Ayah memang jarang peduli tentang pendidikanku. Tapi waktu tau dibalik alasannya, karena Ayah tau bahwa aku mampu. Aku merasa bahagia sekali.

Dan tanpa aku sadari, sebenarnya sudah banyak kebahagiaan yang telah Ayah berikan kepada kami. Biasanya ada Ayah yang selalu memberikan tebak-tebakkan ala jokes bapak-bapak untuk mencairkan suasana. Biasanya ada Ayah yang selalu mengajak aku untuk berdiskusi ketika menonton suatu berita di salah satu stasiun televisi. Mengajariku bermain raket. Melihat tugas-tugas yang sedang aku kerjakan. Pengalaman hidup. Ah, sederhana tapi bermakna. Tak terbilang lagi berbagai kebahagiaan yang telah diberikan Ayah kepada kami.

Dari Ayah, banyak sekali berbagai hal yang aku pelajari. Aku belajar tentang ketangguhan, keberanian, kekuatan, kesederhanaan, keikhlasan, dan berbagai nilai-nilai kehidupan yang jarang kita jumpai saat menempuh pendidikan. Dari Ayah, aku belajar untuk tetap semangat dan tidak mengeluh sesulit apapun keadaan yang dihadapi. Dari Ayah, aku belajar untuk belajar bersyukur meski kondisi kita sedang susah. Dari Ayah, aku belajar untuk tetap bersedekah meskipun sedang dalam kondisi yang sulit. Dari Ayah, aku belajar untuk tetap membantu sesama meskipun sedang kesulitan.

Ayah, terima kasih banyak atas pengalaman hidup yang sangat berharga ini. Meskipun engkau menemani dalam waktu yang singkat, aku sangat bersyukur karena banyak sekali berbagai pelajaran hidup yang telah kau berikan. Aku kirimkan Al-Fatihah sebagai doa dan ungkapan rinduku pada Ayah.❤

Comments

Popular posts from this blog

Pertemuan dan Petualangan

The Behind Story of Mudik 2023