Gak Ada Yang Instan

     Pasti adalah salah satu diantara kita yang bermimpi untuk jadi orang besar. Menjadi sosok yang terkenal di mata masyarakat. Seperti ingin menjadi Penyanyi terkenal dengan suara emasnya, menjadi Oratur ulung dengan pidatonya, atau menjadi Penulis terhebat dengan tulisannya. Ya, pasti siapapun ingin menjadi sosok yang dikenal oleh banyak orang karena kemampuan yang dimiliki. Tapi pertanyaannya, sudah sejauh mana usaha yang kita lakukan untuk mengejar mimpi itu? Seberapa keras latihan yang kita lakukan untuk meningkatkan kualitas diri kita? Atau bahkan kita sama sekali tidak pernah memperjuangkan impian besar kita.

   Teruntuk kamu yang memiliki impian untuk menjadi orang besar. Aku ingin menuliskan beberapa nasehat yang sebenarnya ini lebih menjadi pengingat untuk diriku sendiri. Ketika kamu ingin menjadi sosok yang terkenal, yang punya banyak penggemar dimana-mana, yang selalu diingat karya-karyanya, kamu harus berusaha agar bisa mendapatkan semua mimpi-mimpi itu.  Kamu harus bekerja keras agar menghasilkan banyak karya-karya yang berkualitas. Ingat gak ada yang instan di dunia ini. Bukankah mie instan yang katanya proses pembuatannya cepat juga memerlukan beberapa proses sebelum akhirnya mie instan itu dapat disajikan?

     Seperti seorang Penyanyi, sebelum menjadi Penyanyi terkenal dia harus latihan berulang-ulang. Terus mengasah kemampuannya agar ia bisa memiliki suara yang bagus. Ada yang rela mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk berlatih di tempat yang dapat meningkatkan kemampuannya di dunia tarik suara. Itu sih yang bernasib beruntung. Tapi bagaimana dengan yang tidak? Ada yang rela mengamen di jalanan untuk meningkatkan kemampuannya karena kondisi perekonomian yang dimiliki tidak memungkinkan. Lalu mengikuti ajang pencarian bakat yang sedang dibuka. Setelah melewati seleksi yang panjang. Akhirnya bisa menjadi Pemenang dan wajahnya banyak muncul di layar kaca. Lihat betapa keras perjuangan yang mereka lakukan untuk bisa menjadi Penyanyi terkenal seperti yang kita lihat.

      Seperti juga Orator ulung yang terkenal akan kepiauannya dalam menyampaikan pidato. Dulu juga ia seorang yang malu untuk tampil di muka umum.  Tapi ia terus berlatih dengan menyampaikan materi di depan para pendengarnya. Meskipun awalnya masih ragu-ragu dan malu. Meskipun awalnya ia sering ditertawakan. Tapi ia terus saja berbicara dengan lantang di depan khalayak ramai. Hingga lihatlah, siapa yang berani memotong perkataannya yang sangat tegas, sarat akan makna dan begitu menusuk sampai ke kalbu. Siapa yang tak senang mendengarkan pidatonya yang sangat begitu memukau dan inspiratif.

      Atau juga seperti Penulis. Sebelum menjadi seorang Penulis yang terkenal karena karyanya yang fenomenal, ia juga telah melewati banyak proses yang panjang dan berat. Terus menulis agar bisa mengumpulkan banyak draft naskah yang siap dibukukan, tetap sabar menanti hingga draft naskahnya diterima oleh Penerbit, tapi setelah diterima terpaksa juga ia harus turun tangan menawarkan karyanya. Barulah setelah buku itu terbit dan banyak dicetak ulang, Para Penerbit berbondong-bondong mendatangi si Penulis untuk menawarkan agar karyanya diterbitkan ke tempat mereka.

        Dari kisah si Penyanyi, Orator, Penulis atau kisah tokoh besar lainnya dapat kita lihat bukan betapa panjang dan berat lika-liku perjuangan yang mereka lalui. Meskipun rintangan yang datang membuat perjuangan mereka jadi susah, tapi mereka tak pernah berhenti untuk terus maju dan tak kenal lelah. Lihatlah, mereka saja yang sudah terkenal itu pernah melewati berbagai rintangan dan hambatan untuk mencapai titik dimana mereka bisa menjadi seperti yang kita lihat. Sedangkan kita, masa tiba-tiba pengen langsung cepet terkenal gitu.

   Ketika kita bernyanyi ada yang memberikan kritik terhadap suara kita, malah kita langsung jadi lemas dan pengen berhenti bernyanyi. Ketika ada yang tertawa melihat penampilan kita saat berbicara di depan, lantas kita merasa malu dan menciut sehingga tak mau lagi untuk tampil di muka umum. Ketika ada Penerbit yang menolak menerbitkan draft naskahmu lantas kamu jadi ingin berhenti menulis. Setelah mengalami kejadian yang menyedihkan itu kenapa kamu tidak terus berlatih dan mengasah kemampuanmu. Bukankah hal itu juga yang dilakukan oleh tokoh-tokoh besar itu dalam mencapai kejayaan mereka.

       "Tapi  menurutku kesuksesan itu juga tergantung privilage sih. Buktinya banyak kita lihat seperti Pengamen di jalanan itu yang hidupnya masih di jalanan karena ekonomi mereka yang pas-pasan. Toh seperti anak-anak yang orang tuanya notabene Artis dengan mudahnya bisa terjun ke dunia hiburan". Eits, tunggu dulu. Memang kesuksesan yang kita capai itu bisa didukung kerja keras, usaha dan salah satunya privilage. Tapi bukankah banyak orang yang bisa mencapai kesuksesannya karena kerja keras dan usaha yang dia lakukan berkali-kali lipat lebih banyak dari orang yang berprivilage. Bisa jadi kita juga gak tau kalo orang yang berprivilage itu juga melakukan usaha meskipun gak seberat yang dilakukan orang yang tak berprivilage itu sih.

      "Ah tetep aja sih kalo nasib kita kurang beruntung dan gak punya privilage bakalan tetap susah biar mimpi kita kecapai". Justru kalimat kayak gini nih yang malah mukul semangat kita dan buat kita jadi mundur. Masa sih kita langsung mau nyerah sama keadaan. Bukankah Sang Pemilik Semesta mengatakan bahwa Ia tak akan merubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu sendiri merubah nasibnya (Q.S. Ar-Ra'd:11). 
       
     "Tapi gimana sama mereka yang udah siang malam terus bekerja keras tapi nyatanya keadaan mereka tetap gak berubah-ubah". Mungkin Sang Pemilik Semesta ini sedang menyiapkan kado terbaik atas usaha yang mereka lakukan. Yakinlah, Sang Pencipta akan memberikan yang terbaik untuk kita. Tapi tentu harus dibarengi dengan usaha dan doa kita. Kalaupun sekarang kita belum bisa mencapai mimpi besar itu, Sang Pemilik Semesta ingin mengajarkan kita untuk bersabar sembari menunggu kado terindah dari-Nya. Ingat: "Fisik boleh lelah, tapi semangat jangan sampai patah." Selamat Berjuang! 😊
       

Comments

Popular posts from this blog

Pertemuan dan Petualangan

The Behind Story of Mudik 2023

Dari Ayah